Pengaruh
Posisi Memukul Kentongan terhadap
Frekuensi yang Dihasilkan
Camalina
Sugiyarti (12708251078)
Prodi
Psn konsentrasi Fisika
Program
Pascasarjana UNY
2012
Abstrak
Tujuan penelitian ini
adalah untuk mengetahui apakah posisi memukul
kentongan berpengaruh terhadap frekuensi yang dihasilkan.
Metode penelitian yang
digunakan adalah research . Kentongan
dibagi menjadi enam bagian dari ujung bawah hingga ujung atas dengan pembagian
luas daerah yang sama. Pertama memukul kentongan pada bagian pertama, yaitu
bagian paling bawah, lalu direkam dan dianalisis. Perekaman menggunakan software Adobe Audition 3.0. dan analisis terhadap spektrum frekuensi
menggunakan software Sound Forge Pro 10.0.
Perlakuan ini dilakukan untuk semua bagian, yaitu bagian pertama hingga bagian
keenam. Kemudian hasil analisis spektrum frekuensi dari keenam bagian tersebut
dibandingkan.
Hasil penelitian
menunjukkan bahwa setiap bagian
mempunyai karakteristik frekuensi yang sama.
Kata kunci: kentongan, frekuensi
Pendahuluan
Kentongan adalah alat komunikasi yang telah lama
digunakan oleh masyarakat Indonesia. Umumnya berbentuk tabung dengan sebuah
lubang di tengahnya dan disertai dengan pemukul. Bila kentongan dipukul dengan tongkat pemukul,
udara di dalamnya beresonansi, sehingga memperkuat suara.
Awalnya kentongan
digunakan sebagai alat pendamping ronda, sebagai tanda pabila ada maling atau
bencana alam (banjir, tanah longsor,
gempa, dll). Saat ini kegunaan kentongan semakin bervariatif, kentongan
digunakan untuk pemanggil agar masyarakat berkumpul di suatu tempat untuk tujuan
tertentu. Petani menggunakan kentongan untuk mengusir hewan yang merusak
tanamannya. Selain itu suara kentongan yang khas membuat kentongan dikenal
sebagai salah satu alat musik
tradisional.
Suatu alat musik
memiliki tingkatan nada (frekuensi harmonis), misal nada dasar, nada dasar
pertama, kedua, ketiga , dan seterusnya. Setiap nada akan menghasilkan
frekuensi yang berbeda. Maka pada
penelitian ini akan diselidiki apakah kentongan memiliki nada. Selama ini orang
memukul kentongan hanya pada satu bagian tertentu saja (umumnya bagian tengah) dan
diulang-ulang.
Kajian mengenai
kentongan belum banyak dilakukan. Selama ini masyarakat Indonesia hanya membuat
dan menggunakan kentongan untuk tujuan tertentu, namun belum sampai tahap
penelitian mengenai kentongan itu sendiri.
Metode
Penelitian
Penelitian ini untuk
mengetahui apakah posisi memukul
kentongan berpengaruh terhadap frekuensi yang dihasilkan (apakah kentongan mempunyai tingkatan
nada) ini merupakan penelitian research.
Variabel bebas pada
penelitian ini adalah posisi pemukulan kentongan, yaitu dari ujung bawah hingga
ujung atas. Variabel terikatnya frekuensi bunyi . Jenis kentongan, panjang
daerah pukulan yaitu 4,3 cm, dan kekuatan
pukulan sebagai variabel kontrol. Kekuatan
pukulan dikontrol dengan cara menggunakan ayunan bola pejal.
Langkah percobaan
adalah sebagai berikut:
- Membuat kentongan dari bambu wulung.
- Membagi kentongan menjadi 6 bagian sama besar arah vertikal dari ujung bawah hingga ujung atas kentongan.
- Memukul kentongan dari ujung dari ujung bawah hingga ujung atas dengan ayunan bola pejal (sudut 300 dan panjang tali 15 cm) dan merekamnya menggunakan laptop yang telah dilengkapi software Adobe Audition 3.0.
- Menganalisis spektrum frekuensi menggunakan software Sound Forge Pro 10.0.
Perangkat lunak Sound Forge Pro 10.0 menampilkan sinyal
dalam bentuk grafik amplitudo sebagai fungsi waktu. Sedangkan untuk memperoleh
dalam bentuk grafik amplitudo sebagai fungsi frekuensi dilakukan dengan
mengaktifkan menu spectrum analysis. Menu
bekerja berdasarkan transformasi Fourier cepat (Fast Fourier Transform, FFT).
Rentang frekuensi yang ditampilkan adalah frekuensi audio sebesar 20 –
20.000 Hz.
Hasil
dan Pembahasan
Alat-alat yang
digunakan dalam penelitian ini adalah laptop beserta disertai software, kentongan, busur, bola pejal
dan tali. Seperti yang terlihat pada gambar berikut ini:
Gambar 1. Bola
pejal(pemukul), busur, dan laptop disertai software dan microphone
|
|
|
|
|
|
Gambar 2. Kentongan dengan
pembagaian posisi pukulan
Gambar 3 berikut menunjukkan spektrum warna bunyi kentongan . Spektrum tersebut
adalah spektrum getaran sebagai fungsi
waktu dari keenam pukulan kentongan ( ujung bawah hingga atas /dari kiri ke
kanan).
Pukulan bagian pertama kedua
ketiga keempat kelima keenam
Gambar 3. spektrum getaran sebagai fungsi waktu
Apabila spektrum tersebut diperbesar dengan
memperhatikan waktu yang lebih pendek akan terlihat spektrum yang ditunjukkan
pada Gambar 4a dan Gambar 4b spektrum
getaran sebagai fungsi frekuensi hasil
transformasi Fourier pada posisi pukulan di daerah pertama.
Gambar 4a. perbesaran spektrum getaran sebagai
fungsi waktu pada posisi pukulan pertama
Gambar 4b. perbesaran spektrum
getaran sebagai fungsi frekuensi pada
posisi pukulan pertama
Dari grafik diatas
terlihat bahwa frekuensi puncak pada posisi pukulan pertama sebesar 792 Hz dengan intensitas -68 dB.
Gambar 5a menunjukkan perbesaran spektrum getaran
sebagai fungsi waktu dan Gambar 5b spektrum getaran sebagai fungsi frekuensi hasil transformasi
Fourier pada posisi pukulan di daerah kedua.
Gambar 5a. perbesaran spektrum getaran sebagai
fungsi waktu pada posisi pukulan kedua
Gambar 5b. perbesaran spektrum getaran sebagai
fungsi frekuensi pada posisi pukulan
kedua
Dari grafik diatas
terlihat bahwa frekuensi puncak pada posisi pukulan kedua sebesar 792 Hz dengan intensitas -69 dB.
Gambar 6a menunjukkan perbesaran spektrum getaran sebagai fungsi waktu dan Gambar 6b spektrum
getaran sebagai fungsi frekuensi hasil
transformasi Fourier pada posisi pukulan di daerah ketiga.
Gambar 6a. perbesaran spektrum getaran sebagai
fungsi waktu pada posisi pukulan ketiga
Gambar 6b. perbesaran spektrum getaran sebagai
fungsi frekuensi pada posisi pukulan
ketiga
Dari grafik diatas
terlihat bahwa frekuensi puncak pada posisi pukulan ketiga sebesar 792 Hz dengan intensitas -65 dB.
Gambar 7a menunjukkan perbesaran spectrum getaran
sebagai fungsi waktu dan Gambar 7b spektrum
getaran sebagai fungsi frekuensi hasil
transformasi Fourier pada posisi pukulan di daerah keempat.
Gambar 7a. perbesaran spektrum getaran sebagai
fungsi waktu pada posisi pukulan keempat
Gambar 7b. perbesaran spektrum getaran sebagai
fungsi frekuensi pada posisi pukulan
keempat
Dari grafik diatas
terlihat bahwa frekuensi puncak pada posisi pukulan keempat sebesar 792 Hz dengan intensitas -61 dB.
Gambar 8a menunjukkan perbesaran spektrum getaran sebagai fungsi waktu dan Gambar 8b spektrum
getaran sebagai fungsi frekuensi hasil
transformasi Fourier pada posisi pukulan di daerah kelima.
Gambar 8a. perbesaran spektrum getaran sebagai
fungsi waktu pada posisi pukulan kelima
Gambar 8b. perbesaran spektrum getaran sebagai
fungsi frekuensi pada posisi pukulan
kelima
Dari grafik diatas
terlihat bahwa frekuensi puncak pada posisi pukulan kelima sebesar 792 Hz dengan intensitas -65 dB.
Dan Gambar 9a menunjukkan perbesaran spektrum getaran sebagai fungsi waktu dan Gambar 9b spektrum
getaran sebagai fungsi frekuensi hasil
transformasi Fourier pada posisi pukulan di daerah keenam.
Gambar 9a. perbesaran spektrum getaran sebagai
fungsi waktu pada posisi pukulan keenam
Gambar 9b. perbesaran spektrum getaran sebagai
fungsi frekuensi pada posisi pukulan
keenam
Grafik menunjukkan
frekuensi puncak atau frekuensi prominent pada posisi pukulan keenam sebesar
792 Hz dengan intensitas -63 dB.
Hasil analisis
frekuensi menunjukkan bahwa posisi memukul kentongan di bagian bawah maupun di
atas kentongan selama pukulan tersebut masih di daerah kolom udara mempunyai
frekuensi prominent yang sama. Frekuensi puncak pada daerah pukulan pertama,
kedua, ketiga, keempat, kelima, dan keenam terletak pada 792 Hz. Hal ini menunjukkan
bahwa kentongan tidak mempunyai frekuensi harmonis. Kentongan yang merupakan
alat musik tradisional mempunyai karakteristik yang berbeda tidak seperti alat
music lainnya yang pada umumnya mempunyai frekuensi harmonis. Meskipun begitu
namun jika beberapa kentongan di pukul bersama-sama dengan irama pukulan
tertentu atau sering disebut “kothekan” akan menghasilkan bunyi yang bagus.
Kesimpulan
Posisi memukul
kentongan tidak berpengaruh terhadap frekuensi yang dihasilkan.
Daftar
Pustaka
Heru Kuswanto, dkk.(2010).Pengembangan Electrone Tone Gamelan “Guntur Madu”. Yogyakarta:FMIPA
UNY.
__________________.(2011).Kajian Spektrum Warna Bunyi Saron Ricik.
Yogyakarta:
FMIPA UNY.
Heru Kuswanto.(2011).Comparison Study of Saron Ricik Instrument’s Sound Color (Timbre) on Gamelan
Nagawilaga and Guntur Madu From Karaton Yogyakarta. International Journal
of Basic & Applied Sciences IJBAS-IJENS Vol: 11 No: 04.
Sumiyati.(2011).Makna Lambang dan Simbol Kentongan dalam Masyarakat
Indonesia. Diakses dari http://sumiyati.blogspot.com. pada tanggal 13 September 2012, Jam 21.15
WIB.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar