Menengok
Perjalanan Filsafat Pendidikan,
Sudah
Sampai Manakah Pendidikan di Indonesia?
Refleksi
Kuliah Filsafat Ilmu (Pengampu: Dr. Marsigit)
Camalina
Sugiyarti
(12708251078/Psn
D)
PPs
UNY
2012
Filsafat adalah studi
tentang seluruh fenomena kehidupan dan pemikiran manusia secara kritis dan
dijabarkan dalam konsep mendasar. Filsafat tidak didalami dengan melakukan
eksperimen-eksperimen dan percobaan-percobaan, tetapi dengan mengutarakan
masalah secara persis, mencari solusi untuk itu, memberikan argumentasi dan
alasan yang tepat untuk solusi tertentu. Akhir dari proses-proses itu
dimasukkan ke dalam sebuah proses dialektika.
Untuk studi falsafi, mutlak diperlukan logika berpikir dan logika bahasa.
Adanya filsafat karena keinginan untuk terlepas dari mitos.
Mitos itu itu bermacam-macam. Ada mitos yang terselebungi oleh motif tertentu.
Biasanya mitos digunakan oleh subjek untuk mengkokohkan kekuasaannya terhadap
objek. Tengok saja salah satu mitos yang sangat terkenal di Jawa, yaitu adanya
kerajaan di laut selatan dengan ratunya Nyi Roro Kidul. Mitos punya sisi putih
dan sisi hitam. Sisi putihnya dari mitos Nyi Roro Kidul misalnya, masyarakat
menjadi sangat menghargai laut, menjaganya, dan melestarikannya. Sisi hitamnya
adalah membodohi masyarakat dari generasi ke generasi.
Filsafat terus berkembang dari zaman yunani kuno hingga saat
ini, zaman power now. Awalnya filsafat hanya memikirkan yang benar dan yang
salah, yang baik dan yang buruk. Terus berkembang hingga objek filsafat
selanjutnya beralih ke pikiran manusia. Tokoh pada zaman ini misalkan
Aristoteles. Dia telah mgenal danya premis 1 dan premis 2 sehingga muncul
kesimpulan. Tokoh lain adalah Plato yang banyak memikirkan mengenai masalah
kenegaraan. Plato adalah guru dari Aristoteles.Dan juga ada Socrates yang
merupakan guru dari Plato, Pada zaman ini disebut sebagai zaman keemasan. Lalu
seiring berjalannya waktu dominasi gereja di Eropa vegitu kuat.
Kebenaran-kebenaran muncul dari gereja, semua hal yang tidak
sesuai dengan konteks gereja maka dianggap menyimpang. Seperti kebenaran bahwa
bumi sebagai pusat tata surya. Copernicus adalah orang yang menentang kebenaran
tersebut, Copernicus mengatakan bahwa bumi bukanlah pusat tata surya, namun
bumi berotasi dan berevolusi terhadapa matahari. Matahari itulah pusat tata
surya. Namun saat itu justru dia dianggap gila. Lalu muncul pulalah tokoh
filsafat modern yang begitu terkenal dengan rasional dan empirisnya, siapa lagi
kalau bukan Imanuel Kant, sang penengah bagi kaum Sintetik aposteriori dan
Analitik apriori.
Kejayaan gereja lama-kelamaan juga semakin tergoyahkan
karena adanya perdebatan-perdebatan. Dan pada akhirnya tak bisa dielakkan bahwa
Eropa memasuki zaman kegelapan. Zaman kegelapan di Eropa justru menjadi abad
keemasan bagi filsafat timur tengah dan filsafat timur/China. Karena di Eropa
terjadi peperangan sehingga dokumen-dokumen filsafat yunani kuno diselamatkan,
disimpan dan dipelajari oleh para filsuf timur tengah. Lantas sesudah
peperangan mulai mendingin, akhirnya Eropa pun bangkit kembali. Hingga
munculkah filsuf besar, Aguste Comte. Yang begitu mengagung-agungkan metode
ilmiah sehingga spiritual dianggap tidak irasional. Dan bertebaranlah ilmu-ilmu
bidang seperti fisika, biologi, psikologi, geologi, pendidikan, dan sebagaimya.
Spiritual dimasukkan dalam kategori tradisional. Tidak heran
jika nilai spiritual tak ubahnya hanya seperti pelestarian budaya. Budaya
pereayaan lebaran, perayaan natal, dan perayaan-perayaan lainnya. Sampai
dinegara digdaya Amerika terjadi perang saudara antara masyarakat industri,
Amerika Utara dan masyarakat agraris Amerika Selatan. Akhirnya perang
dimenangkan oleh masyarakat industri. Pendidikan, maka apa yang akan terlintas
pertama kali dalam pikiran anda jika anda mendengar kata pendidikan? Tentu
jawaban satu orang sama lain berbeda-beda, karena hal itu bersifat relatif. Pada
dasarnya Ernest menyatakan bahwa terdapat 5 ruang pendidikan, yaitu:
- Pendidikan menurut masyarakat industri
- Pendidikan menurut masyarakat konservatif
- Pendidikan menurut masyarakat oldmanist
- Pendidikan menurut masyarakat progresif
- Pendidikan menurut masyarakat sosioconstructism
Pendidikan menurut masyarakat nomor 1 sampai 3 mempunyai
karakteristik yang hampir sama. Menurut mereka pendidikan adlah investasi,
transfer, ilmu. Negara-negara yang menganut pendidikan semacam ini misalnya negara-negara
sang power now seperti Amerika, Inggris (1), Jepang, Australia, Malaysia (2),
China, Rusia (3). Kapitalism, utilitarian, hedodism, dan pragmatism menjadi
tonggaknya. Semua berorientasi pada keuntungan, jika pendidikan tidak ada
untungnya maka tidaj perlu ada pendidika.
Sedangkan masyarakat nomor 4 dan 5, menurut mereka pendidikan
adalah proses, belajar. Jadi tidak hanya dilihat dari produknya saja, melainkan
juga dari prosesnya. Disini siswa diberi kebebasan untuk menemukan sendiri,
sehingga tidak langsung dicekoki dengan rumus-rumus atau materi-materi dari
guru. Biarlah siswa melihat gejalanya dengan mata kepala sendiri, sehingga akan
membangun kreativitas dan berpikir kritisnya. Tampaknya inilah pendidikan yang
diinginkan oleh Indonesia. Namun apakah sudah sperti yang diinginkan? Jika
ditengok lebih mendalam, belum banyak sekolah-sekolah di Indonesia yang
melakukan hal tersebut. Sebagian besar proses belajar mengajar masih bersifat
verbalistik dan teacher centered.
Setidaknya sudah ada upaya pemerintah, guru, siswa, dan pihak-pihak
pendukung pendidikan yang ingin melaksanakan pendidikan progresif. Yang menjadi
catatan penting adalah, meraih kembali intuisi siswa yang telah hilang karena
dicekoki oleh definisi-definisi. Usia sekolah, dari anak-anak hingga remaja
adalah usia dimana mereka hidup lebih banyak menggunakan intuisi bukan
definisi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar